Demokrasi yang dibajak atau hijacked democracy melahirkan
kebijakan yang semakin memperdalam jurang kemiskinan dan memperlebar
kesenjangan.
Gejala lain dalam model demokrasi yang dibajak adalah
ketidakmampuan proses hukum menekan kriminalitas kerah putih, kejahatan ekonomi
dan keuangan yang menggunakan piranti kebijakan sehingga tampak resmi. Itu
sebabnya, di negara demokrasi yang dibajak, walaupun pemimpin dan anggota
parlemen dipilih dalam pemilihan umum yang berlangsung secara langsung, tetapi
eksekutif dan legislatif hampir-hampir gagal menciptakan kebijakan yang
berdimensi kesejahteraan dang keadilan.
Demikian disampaikan ekonom Indonesia, DR. Rizal Ramli,
ketika berbicara dalam pertemuan para penasihat PBB untuk Laporan Pembangunan
Manusia 2012 di Hank Shannon Conference Room, di One UN Plaza, New York,
Amerika Serikat, Selasa siang waktu setempat atau dinihari waktu Indonesia
(5/6).
Rizal Ramli menjadi anggota UN Advisory Panel yang
bertugas membantu UNDP menyiapkan laporan Pembangunan Manusia 2012. Untuk
laporan tahun ini, UNDP mengundang 18 ahli ekonomi dan pengambil kebijakan dari
beberapa negara. Anggota UN Advisory Panel memberikan masukan dan pandangan
untuk melengkapi laporan yang akan dirilis buklan Oktober itu.
Selain Rizal Ramli, sejumlah ilmuwan dan tokoh dari
beberapa negara juga menjadi anggota Panel Penasehat PBB tahun ini. Mereka
antara lainb adalah Edward S. Ayensu dari Ghana yang pernah bekerka sebagai
Ketua Panel Inspeksi Bank Dunia.
Patrick Guillaumont dari Prancis, yang merupakan Ketua
Fondation pour les Etudes et Recherches sur le Développement International
(FERDI). Juga direktur Institut untuk Studi Internasional Nanna Hvidt dari
Denmark. Penerima Nobel bidang ekonomi, Prof. Sir James Mirrless Alexander dari
Inggris juga diundang untuk memperkuat Panel PEnasihat PBB itu.
Rizal Ramli juga menyebutkan bahwa Indonesia adalah
contoh negara dimana kelompok elite yang berkuasa memperoleh kekuasaan dengan
menggunakan jalan demokrasi namun hanya berpihak kepada sebagian kecil rakyat.
“Itu sebabnya di Indonesia kita melihat tanda-tanda
praktik demokrasi yang tumbuh subur, namun di sisi lain kita juga melihat
kesejahteraan hanya dimiliki oleh segelintir orang,” ujar Rizal Ramli lagi.
Ini juga, demikian Rizal, yang menjelaskan mengapa di
tengah praktik demokrasi yang menggebu-gebu, jumlah pengangguran dan jumlah
pendudukan miskin di Indonesia terus meningkat. Pemerintah, sebutnya lagi,
lebih senang mengutak-atik indikator makro ekonomi, dan melupakan sektor mikro
ekonomi yang berkaitan langsung dengan rakyat.
Di Indonesia, katanya lagi, indikator makro ekonomi
terlihat begitu bagus sampai-sampai dianggap dunia internasional sebagai
prestasi. Padahal indikator makro ekonomi itu tidak mampu diterjemahkan ke
dalam bentuk kebijakan yang betul-betul pro growth.
“Aliran dana asing ke Indonesia memang terlihat cukup
kencang akhir-akhir ini. Tetapi di sisi lain kita juga melihat deindustrialisai
dimana-mana,” ujarnya lagi.
Selain itu, Rizal Ramli juga mengatakan hijacked
democracy diperkuat oleh ekonom konvensional yang mengabdikan diri untuk
kepentingan asing dan menggunakan Washington Consensus sebagai kitab suci yang
tidak bisa diubah sama sekali.
Kepercayaan buta pada prinsip-prinsip globalisasi dalam
Washington Consensus itulah yang akhirnya melahirkan kebijakan-kebijakan yang
timpang dan memberatkan rakyat banyak. Misalnya, subsidi untuk rakyat dicabut,
sementara pelaku ekonomi besar malah diberikan subsidi.
Di Negeri bukan-bukan Ku
4 pilar ( UUD 1945, Pancasila, Bhineka tungga ika, NKRI )
Bukan lagi kitab suci yang dijadikan pedomannya,
Apalagi Al-qu'ran yang syarat dengan islam katanya.
4 pilar ( UUD 1945, Pancasila, Bhineka tungga ika, NKRI )
Bukan lagi kitab suci yang dijadikan pedomannya,
Apalagi Al-qu'ran yang syarat dengan islam katanya.
Dinegeri bukan-bukan Ku
Mereka sering mengadakan seminar, Talk Show, dll yang dibiayai dengan dana mahal untuk menanamkan 4 PILAR dalam hati dan perilaku warga negaranya.
Namun sebagai tameng untuk menutup muka mereka dan mencari pampangan muka
Mereka sering mengadakan seminar, Talk Show, dll yang dibiayai dengan dana mahal untuk menanamkan 4 PILAR dalam hati dan perilaku warga negaranya.
Namun sebagai tameng untuk menutup muka mereka dan mencari pampangan muka
Namun apalah dikata negeri bukan bukan yang belum jelas jenis kelamin ideologinya kini
Kitab suci yang menjadi sakralnya adalah Washington Consensus seperti yang diujar Rizal ramli
Subsidi untuk rakyat dicabut, sementara pelaku ekonomi besar malah diberikan subsidi.
ekonom konvensional yang mengabdikan diri untuk kepentingan asing
Privatisasi budayanya
Kitab suci yang menjadi sakralnya adalah Washington Consensus seperti yang diujar Rizal ramli
Subsidi untuk rakyat dicabut, sementara pelaku ekonomi besar malah diberikan subsidi.
ekonom konvensional yang mengabdikan diri untuk kepentingan asing
Privatisasi budayanya
A Short Description about youself
Any feedback, questions or ideas are always welcome. In case you are posting Code ,then first escape it using Postify and then paste it in the comments
0 komentar: